Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
A. Sejarah berdirinya Ikatan Mahasaiswa Muhammadiyah
Kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tidak lepas kaitanya dengan sejarah perjalanan Muhammadiayah, dan juga dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah sendiri. Hal ini berarti setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyah untuk memenuhi cita - cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah dilahirkan.
Selain itu kelahiran IMM merupakan respon atas persoalan - persoalan keumatan dalam sejarah bangsa.
Faktor - faktor persoalan masalah keumatan antara lain :
- Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabi, pemerntah yang otoriter dan serba tunggal. serta adanya ancaman komunisme d Indonesia.
- Terpecah belah umat Islam dalam bentuk saling curiga dan fitnahserta kehidupan politik umat islam yang semakin buruk
- Terbingkai - terbingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis
- Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak dan semakin tumbuhnya paham materialisme dan individualisme
- Sedikitnya pembinaan keagamaan dalam kampus serta mash kuatnya suasana kampus yang sekurel
- Masih membekasnya keterindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan
- Masih banyak praktek - praktek kehidupan yang serba bi'a, Khurofat, bahkan kesyirikan
- Kehidupan ekonomi sosial budaya dan politik semakin meningkat misionaris kristenisasi
- Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk
Semangat tersebut sebenarnya telah tumbuh dengan adanya keinginan Untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu pimpinan pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam.
Gagasan pembinaan kader dilingkungan mahasiswa dalam pentuk penghimpunan dan pembinaan langsung adalah selaras dengan hehendak pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlanyang berpesan bahwa "dari kalian nati ada yang jadi dokter, master, insyinsur tetapi kembalilah pada Muhammadiyah". Suara Muhammadiya nomor 6 tahun ke-68, maret ll 1988, halaman 19. Dengan demikian sejak awal Muhammadiyah sudah memikirkan bahwa kader - kader muda yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali ke Muhammadiyah. kRena waktu itu jumlah mahasiswa yang ada dilingkunag Muhammadiyah belum terlalu banyak, makan dengan demikian pembinaan kader mahasiswa Muhammadiyah dilakukan melalui wadah Pemuda Muhammadiyah (1932) untuk mahasiswa putera dan melalui Nasyiatul Aisyiyah (1931) untuk mahasiswa puteri.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke - 31 pada tahun 1950 di Jogjakarta dihembuskan kembali keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah. Karena berbagai hal, keinginan tersebut belum bisa terwujud.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke - 33 tahun 1956 di Palembang, gagasan pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah baru bisa direalisasikan. Namun gagasan untuk mewadahi Mahasiswa Muhammadiyah dalam satu himpunan belum bisa diwujudkan.
Untuk mewadahi pembinaan terhadap Mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah membentuk Badan Pendidikan Kader (BPK) yang dalam menjalankan aktivitasnya bekerja sama dengan Pemuda Muhammadiyah.
Gagasan pendiriak IMM ternyata menjadi polekmik yang sepertinya tidak ada ujungnya. Setidaknya kelahiran IMM sebagai wadah bagi Mahasiswa Muhammadiyah mendapatkan resistensi (tatangan) baik dari kalangan Muhammadiyah sendiri maupun dar kalangan gerakan Mahasasiswa yang lain, terutama Himpunan Mahasisawa Islam (HMI).
Resistensi terhadap ide kelahiran IMM pada awalnya juga disebabkan adanya hubungan dekat yang tidak kentara antara Muhammadiyah dengan HMI. Hubungan dekat itu dapat dilihat ketika Lafran Pane mau menjajaki pendirian HMI. Dia bertukar pikiran dengan Prof. Abdul Kahar Mudzakir (tokoh Muhammadiyah), dan beliau setuju. Pendiri HMI yang lain ialah Maisarah Hilal ( cucu KH. Ahmad Dahlan) yang juga seorang aktifis Nasyiatul Aisyiyah.
Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswa Muhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengan di sponsori oleh Djasman al - Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dengan demikian Lembaga Dakwah Muhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah yang menjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM lokal Yogyakarta.
Tiga bulan setelah penjajagan pimpinan pusat Muhammadiyah meresmikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada tanggal 29 Syawal 1384 H atau 14 Maret 164 M. Penandatanganan Piagam Pendirian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dilakukan ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, KH. A. Badawi, peresmian IMM dilaksanakan di Gedung Dinoto Yogyakarta dengan penandatanganan 'enam penegasa IMM' oleh KH. A. Badawi, yaitu :
- Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa islam
- Menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM
- Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah
- Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi Mahasiswa yang sah dengan mengindahkan, segala hukum, undang undang, peraturan serta dasar dan falsafah Negara
- Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal ibadah ilmiah
- Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi ta'ala dan senantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat
Tjuan akhir kehadiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyahuntuk pertama kalianya ialah membentuk akademis isalm dalam rangka melaksanakan tujuan Muhammadiyah, sedangkan aktifiitas IMM pada awal kehadiranya yang paling menonjol ialah kegiatan keagamaan dan pengkaderan. sehingga sering kali IMM pada awal kelahiranya dsebut sebagai kelompok Pengkajian Mahasiswa Yogyakarta ( Farid Fathoni 1990:10)
Adapun maksud didirikkanya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adalah sebagai berikut:
- Turut memelihara martabat dan membela kejayaan bangsa
- Menegagkan dan menjunjung tinggi agama islam
- Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan menuskan cita - cita pendirian Muhammadiyah
- Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna aman usaha Muhammadiyah
- Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan
Mengingat semakin besanya arus perkembangan IMM dihampir seluruh kota - kota, maka dipandang perlu untuk meningkatkan IMM dar organisasi ditingkat lokal menjadi organisasi yang berskala nasional dan mempunyai struktur vertikal.
Atas prakarsa Pimpinan IMM Yogyakarta, maka bersamaan dengan IMM se- daerah Yogyakarta pada tanggal 11 - 13 Desember 1964 diselenggarakan Musyawarah Nasional Pendahuluan IMM seluruh Indonesia yang dihadiri oleh hampir seluruh Pimpinan IMM lokal dari berbagai kota. Musyawarah pendahuluan tersebut menyepakati penunjukan pimpinan IMM Yogyakarta sebagai Dewan Pimpinan Pusat Sementara IMM (dengan Djasman al Kindi sebagai ketua dan Royad Saleh sebagai sekretaris). sampai diselenggaraknya Musyawarah Nasional di Solo.
Dalam Musyawarah pendahuluan tersebut juga disahkan asas IMM yang tersusun dalam 'Enam Penegasan IMM', Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMM, Gerak Arah IMM, serta berbagai konsep lainya, termasuk lambang IMM, rancangan kerja, bentuk kegiatan, dan lain-lain.
B. Prinsip Dasar Organisasi
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa Islam yang bergerak dibdang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan. Tujuan IMM adalah mengusahan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulian dalam ragkamencapai tujuan Muhammadiyah
Dalam mencapai tujuan tersebut Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah melakukan benerapa upaya strategi sebagai berikut:
- Membina para anggota menjadi kader persyarikatan Muhammadiyah, kader umat, dan kader bangsa. yang senantiasa terhadap keyakinan dan cita - citanya.
- Membina para anggotanya untuk selalu tertib dalam ibadah, tekun dalam study, dan mengamalkan ilmu pengetahuan untuk melaksanakan ketakwaan dan pengabdianya kepad Allag.
- Mempergiat, memperefekifkan dan menggembirakan dakwah islam dan dakwah amar ma'ruf nahi munkar kepada masyarakat pada khususnya masyarakat mahasiswa
- Membantu para anggota husus dan mahasiswa pada umunya dalam menyelesaikan kepentinganya
- Segala usaha yang tidak menyalahi azaz gerakan dan tujuan organisasi dengan mengindahkan segala hukum yang berlaku dalam Republik Indonesia
C. Jaringan struktural IMM
Susunan organisasi IMM dbuat secara berjenjang dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, Pimpinan Cangan dan Komisariat
Saat ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah menjangkau seluruh Wilayah Indonesia.
Kemudian pelaksanaan program jangka panjang itu memiliki sasaran khusus pada masing - masing bidangnya. Bidang organisasi diarahkan pada terciptanya struktur dan fungsi organisasi serta mekanisme kepemimpinan yang mantap dan mendukung gerak IMM dalam mencapai tujuan.
Program konsolidasi IMM juga diarahkan bagi terciptanya kekuatan gerak IMM baik kedalam maupun keluar sebagai modal penggerak bagi pengembagan gerakan IMM.
Bidang kaderisasi diarahkan pada penguatan tiga kompetensi dasar kader IMM (aqidah, intelektua, dan humanitas).
Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi diarahkan pada pembangunan buadaya iptek dan pengutan paradigma ilmu yang melansai setiap agenda dan aksi gerakan IMM.
Bidang hikmah diarahkan pada penguatan peran sosial politik IMM
Bidang sosial ekonomi diarahkan pada penumbuhkembangan budaya dan wawasan wiraswasta dilingkungan IMM.
Biidang immawati diarahkan pada upaya penguatan jati diri dan peran aktif sumberdaya kader puteri IMM dalam transformasi sosial menuju masyarakat utama
D. Lambang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
arti lambang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
- Bentuk perisai pena berarti lambang orang yang menuntut ilmu. Berlapis tiga maknaya Iman, Islam, dan Ihsan atau iman dan Amal
- Warna hitam berarti kekuatan, ketabahan dan keabadian. Kuning berarti kemuliaan tujuan. Merah berarti keberanian dalam berfikir, berbuat dan bertanggung jawab. hijau berarti kesejahteraan. Putih berarti kesucian
- Gambar sinar mamtahari berarti lambang Muhammadiyah
- Gambar melati berarti IMM sebagai kader muda Muhammadiyah
- Pita hijau bertuliskan " Fastabiqul Khairat" yang artinya berlomba lomba dalam kebaikan
- Tulisan IMM singkatan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 322)